Sejarah Perajin Logam Di Pasir Astana Kabupaten Banyumas

28/09/2014

Sejarah perajin logam di Kabupaten Banyumas memiliki keterkaitan erat dengan babad pasir luhur. Kisah yang utama berawal dari perjuangan Raden Banyak Tjatra, putra Prabu siliwangi, untuk mendapatkan seorang calon istri. Raden Banyak Tjatra melakukan pengembaraan hingga sampailah di kadipaten Pasir Luhur. Sementara itu, kadipaten Pasir Luhur saat itu di pimpin oleh adipati Kandadaha yang memiliki puteri sejumlah 25 orang.

 Setelah itu mengabdi beberapa selang waktu sebagai rakyat biasa di kadipaten pasir luhur, raden Banyaktjatra menaruh perhatiannya pada salah satu puteri adipati Kanddaha, yakni Dewi Ciptarasa. Sebagai abdi di wilayah kadipaten pasir luhur, raden Banyaktjatra juga mengganti namanya dengan raden Kamandaka. Kemudian, Banyakcatra dalam teks Babab Pasir dinyatakan sebagai keturunan Siyung Wanara. 

Babab tanah jawi edisi meinsma menceritakan bahwa Siyung Wanara mempunyai kemampuan yang luar biasa di bidang pande besi. Ia belajar dengan cepat kemampuan itu dari seorang pande besi di Padjajaran dengan perumpamaan Siyung Wanara yang kemudian berganti nama banyak Widhe itu membuat bangunan dari besi yang katanya mempunyai khasiat yaitu jika kepanasan akan menjadi dingin atau sebaliknya jika kdeinginan akan menjadi panas dan orang sakit akan menjadi sembuh.   Bangunan tersebut menjadi tempat jebakan bagi raja padjajaran yang telah membuang dirinya ke sungai krawang.

 Jebakan itu merupakan balas dendam Siyung Wanara. Peristiwa itu menjadi awal konflik siyung wanara melawan Jaka Sesuruh dan Arya Bangah (olthof, 1941:14-15). Teks diatas memang menggambarkan betapa hebat kemampuan Siyung Wanara di bidang pande besi. Rupanya kepandaian dan kemampuan itu diteruskan oleh keturunan Banyak Catra di pasir luhur hingga kependuduk desa Pasir Wetan.  Berdasarkan tabel dibawah ini masyarakat pasir wetan memang menonjol sebagi pande besi (ijzersmeden met hunne knechts).  

 Kemampuan pande besi secara turun temurun diduga sebagai kepandaian lokal yang diturunkan oleh nenek moyang mereka yang berasal dari padjajaran. Pada masa kolonial, pasir wetan juga terkenal sebagai pemelihara itik. Sementara itu, pasir kidul dengan sayang (alat-alat dari tembaga dan kuningan seperti (dandang, ceret). 

Pasir kidul pada masa kolonial terkenal juga sebagai sentra pedagang kain (handelaars in kains) pembuat sisir (kammenmakers) pengrajin tudung (toedoengmakers) dan pengrajin dayung (dajoengmakers) dan pemilik toko yang tidak maju (nering doenden hiervoren niet genoemd), serta pedagang benda tembaga atau kuningan (handelaars in koperwork) pasir lor yng yang sekrang lebih dikenl dengan daerah kerajinan besi berupa alat-alat rumah tangga pada masa kolonial lebih menonjol sebagi pedagang emas dan perak (handelaars in goud-en zilwerken) pedagang binatang ternak (veehandelaars), pedagang benda-benda dari besi (handelaar in ijzerwerk) tukang keris ( krisscheedemakers) tukang slepi (sigaren koker makers) serta tukang cat (blauwvers). Pasir Kulon terkenal dengan kamasan dan kerajinan perak (goud-en zilversmeden met hunne knechts) dan pembuat tenong (tinongmakers). Untuk kamasan yang manual di Pasir Astana tetapi lebih didominasi oleh Pasir Kidul (Dukuh Kulon atau sekarang Kauman Kulon) yang diikuti oleh Pasir Lor (Pekuncen Lor).  Pasir Lor dan Pasir Wetan. Posisi tersebut telah berubah sehingga Pasir Kulon-lah yang dikenal sebagai daerah kamasandan kerajinan perak dipasir astana (Van Westerrode, 1901: 392-393).
Like :

0 comments:

 
Support : expert Website | bufagroup | bufagroup
Copyright © 2011. Bufagroup Info Kreativitas Usaha dan Lapangan Kerja - All Rights Reserved